Langsung ke konten utama

Postingan

Sebuah Benda Bernama "Kacamata"

Sebulan-an. Ya, kira-kira sebulanan saya tidak ngeblog tapi riuh sendiri di media sosial lain. Again, keinginan untuk update konten blog selalu bergelora (wah, bahasanya warbiyasah 😁) tapi selalu saja batal. Alasannya macam-macam, tapi yang terutama adalah bahwa mengkekiniankan laman medsos lain bisa dengan mudah dilakukan melalui gadget mini setelapak tangan, sedangkan aplikasi blog tidak semudah itu karena kontennya lumayan panjang, bukan sekadar foto dan caption seadanya. Saya kembali riuh di blog ini karena pikiran saya sudah menumpuk! Terlalu banyak pula yang ingin saya tulis yang akhirnya nyasar di media sosial lain dan berakhir dengan tenggelam.  Jadi, saya memutuskan untuk melanjutkan tali silaturahmi antara saya dan blog pribadi ini. Silaturahmi yang sebulan-an nyaris renggang. Semua benda di dunia ini yang diciptakan mempunyai manfaat masing-masing. Tidak ada sebuah benda pun yang diciptakan tanpa adanya fungsi tertentu. Fungsi utama benda-benda tersebut diciptakan adala
Postingan terbaru

Menulis Saja

Jujur, saya kagum melihat teman-teman yang punya banyak kegiatan, punya banyak pengalaman yang berhubungan dengan banyak orang, punya pengalaman mengelola sebuah kegiatan, teman yang sering bepergian ke daerah/kota entah itu untuk berlibur atau dalam rangka dinas. Saya punya beberapa teman yang sering berbagi foto dan ceritanya di group media sosial. Foto-foto ketika dia berkesempatan mampir di sebuah tempat tertentu, foto ketika dia menikmati suasana/makanan khas daerah yang disinggahi itu, menceritakan segala excitement sekaligus kekesalan yang dia rasakan. Intinya cerita tentang apapun. Pengalamannya pergi ke berbagai daerah/kota, bertemu dengan banyak orang, merasakan perubahan suasana dari satu tempat ke tempat yang lain, menikmati berbagai suguhan khas di sebuah kota/negara, merupakan sebuah pengalaman yang tidak semua orang berkesempatan mengalami. Sebenarnya ada banyak topik yang bisa menjadi bahan tulisan di blog. Tidak harus berawal dengan kejadian-kejadian besar yang epi

MUHASABAH - Allah Sang Mahasutradara

"Sesuatu yang kita anggap baik belum tentu baik di depan Allah, begitu pula sebaliknya, sesuatu yang kita anggap buruk belum tentu buruk di depan-Nya. Dialah Sang Mahatahu akan segala sesuatu…” Buat saya, hidup itu seperti layaknya sebuah film. Kita adalah aktor-aktor yang sedang menjalani sebuah script atau skenario, sedangkan Tuhan adalah sutradaranya. Film (kehidupan) saya dan film (kehidupan) kamu, pasti berbeda. Tapi, meski berbeda bukan berarti kita tidak pernah ada dalam satu frame yang sama. Mungkin saja kita yang berada di belahan bumi yang berbeda dipertemukan oleh-Nya untuk menjalani sebuah skenario; misalnya saling bertemu, mengerjakan sesuatu bersama, atau cuma sekadar saling sapa satu sama lain. Tapi sebaliknya mungkin saja kita yang duduk bersebelahan justru tidak saling mengenal satu sama lain karena kita lalu pergi begitu saja tanpa ada percakapan/perkenalan sama sekali. Bisa saja, kan? Sesekali dalam hidup, kita pasti akan tertawa. Dan sebagai penyeimbang, k

Mengapa Harus Menulis

Disini saya ingin menceritakan sedikit uraian mengapa harus menulis? Bagi saya menulis adalah salah satu cara kita untuk menguraikan kata-kata yang ada dipikiran kita, kita bisa menumpahkan isi curahan hati kita kedalam bentuk tulisan. Menurut saya menulis juga termasuk ibadah, karena Rasulullah menyuruh kita untuk membaca dan menulis. Menulis juga bisa melepas kepenatan yang ada di otak kita karena banyaknya tugas atau kerjaan sekalipun. Tidak hanya wisata saja tapi dengan menulis kita bisa tau ekpresi kita pada saat itu. Lalu menulis adalah salah satu cara kita berimajinasi, karena menulis tidak hanya sekedar menulis. Terkadang menulis tanpa imajinasi bisa membuat kita stay in here saja. Itu lah mengapa saya memutuskan untuk menulis. Selain keuntungan yang didapat dalam menulis. Seperti quote tentang menulis yang ada di atas. Menulis juga dapat melatih otak kiri kita dalam berpikir. Menulis pun abadi bahwa kita ada di dunia ini. " Scribo, Ergo Sum, aku menulis, maka aku

Belajar Ikhlas dan Lapang Dada

Berikut percakapan seorang guru dengan muridnya tentang ikhlas dan lapang dada. Guru : Tadi kamu minum segelas air yang saya beri satu sendok gula, apa yang kamu rasakan? Murid : Rasanya manis, guru. Guru : Lalu yang saya beri satu sendok garam, bagaimana rasanya? Murid : Waduh, kalau yang itu benar-benar asin rasanya. Lalu sang Guru mengajak murid itu menuju ke telaga yang airnya sangat jernih, lalu menaburkan satu sendok gula, lalu kemudian…. Guru : Coba kamu minum air telaga ini, dan apa yang kamu rasakan? Murid : Segar bangeeeet, guru. Kemudian Guru menaburkan satu sendok garam ke dalam telaga itu dan….. Guru : Sekarang kamu minum lagi air telaga ini dan bagaimana rasanya? Murid : Tetap segar, guru. Guru : Itulah kehidupan, manis dan asin itu menjadi tidak terasa bagi orang yang hatinya jembar, luas dan penuh dengan rasa syukur. "Maka lapangkan hatimu dengan ikhlas, syukur dan selalu sabar dari segala apa yang terjadi pada dirimu, karena itu yang terbaik dari T

Jadi Perempuan Itu...

Ditakdirkan jadi anak perempuan itu susah-susah gampang. Banyak susahnya daripada gampangnya, hehe (gak juga kok) 😀 Harus berpendidikan, namun tidak lupa kodratnya untuk mengurus rumah. Dari mulai paham bumbu masakan, mencuci baju, menjemur pakaian, menyetrika, mencuci piring, sampai bagaimana mengepel yang benar. Harus pintar nawar! itu kewajiban, apalagi berkaitan dengan budget yang dimiliki Harus paham perhitungan pemasukan dan pengeluaran, harga cabai hari ini pun perlu dipantengin. Emansipasi? iya perlu, kita punya hak yang perlu diperjuangkan, namun tetap dibungkus kesantunan. Lalu, bagaimana dengan penampilan? kodratnya, perempuan ingin terlihat cantik. Semua perempuan. Tapi ada yang memilih untuk menyederhanakan. Menjaga untuk tidak berlebihan, menjaga agar tetap sesuai perintah agama. Menjaga agar mahkota tetap terjaga. Menutup aurat memang sudah menjadi kewajiban, tinggal pilihannya adalah menyederhanakan atau melebih-lebihkan. Kita tahu bahwa perempuan identik

Guru Zaman Now yang Eyecatching

Setiap tanggal 25 November, kita memperingati hari Guru. Sebagai penghargaan pada jasa-jasa yang telah diberikan oleh sang Guru. Sang Pahlawan tanpa tanda jasa, pada, kita semua. Karena Gurulah. Maka, kita sekarang menjadi apa-apa dan siapa-siapa. Tanpa mereka, kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Sebagai individu yang telah menerima begitu besar jasa sang guru. Sebagai upaya kecil untuk membalas jasa guru, maka saya mencoba menulis ini, berdasarkan pada fenomena yang terjadi saat ini. Jadi guru zaman now tentu berbeda dengan zaman baheula. Perbedaan generasi antara guru dan peserta didik adalah kenyataan yang harus disikapi dengan bijak. Rata-rata orang yang sedang menjalani profesi guru saat ini adalah berada pada rentang kelahiran 1981-1994 (Generasi Y), atau bahkan mungkin lebih dahulu dari itu. Sedangkan Usia mereka yang sedang duduk di bangku SD – SMA, yang lahir pada rentang 1995-2010, atau kita kenal dengan Generasi Z. Kids Zaman Now istilah kerennya. Sebuah tulisan