Langsung ke konten utama

Melihat Dengan Hati


(dikutip dari lagunya dEDDY mIZWAR)

waktu terus berjalan, sejarah tak hilang
bumi terus berputar, kau pun harus bertahan
langkahmu telah jauh, dari masa lalu
tapi bukan berarti kau melupakannya..........

Melihat dengan hati, hmmm...never happen in my life.Kadang pernah terbersit dalam benak saya, kenapa ya kita selalu melupakan bahwa apa yang kita lihat tidak selalu sama dengan apa yang kita rasakan. Tapi seberapa penting hal itu karena setiap kita mengalami banyak hal kadang kita tidak jujur sama apa yang kita rasakan. Mulai dari rasa lelah, sedih, marah, kesal, kecewa, terluka, bahagia, semua kita tutupi dalam selubung kebohongan karena mungkin kita malu untuk mengungkapkannya.

Yang justru sering kita lakukan adalah sibuk bergumul dengan perdebatan antara rasa salah dan benar, baik dan buruk, apakah itu penting??Oh no..saya juga sudah mulai melantur dan ngomong tentang hal-hal yang gak begitu penting. Yap..setelah mendengar lagunya Deddy Mizwar..saya jadi merasa diingatkan lagi bahwa segala sesuatu yang kita lakukan dan alami bahkan segala peristiwa yang muncul di bumi ini tak akan ada artinya jika kita hanya melihatnya dengan mata bukan dengan hati. Seperti segala hal yang kadang begitu menyesakkan hati juga akan berubah menjadi indah jika dari sana kita bisa memetik pelajaran. Ingatlah untuk melihat tidak hanya dengan mata yang dianugerahkan Tuhan pada kita tapi juga dengan hati yang tulus yang mengajarkan pada kita bahwa dibalik semua peristiwa yang mewarnai hidup kita selalu ada keindahan yang membuat senyum kita terkembang dan hati kita bicara; Life is beautiful, isn`t it???

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suka Duka Naik Kapal Laut

Pernah merasakan travelling naik kapal? Kapal penumpang yang waktu tempuh perjalanannya lebih dari 12 jam. Hmmm bagi sebagian orang, travelling naik kapal bisa jadi hal yang cukup menantang dikarenakan faktor lamanya perjalanan yang dilalui. Lebih dari itu cukup efektif bagi yang ingin menghemat pengeluaran apalagi bila dibandingkan dengan harga tiket pesawat. Selain itu, beberapa destinasi wisata yang tidak terakomodir melalui pesawat bisa dijangkau dengan kapal. Contoh sederhana adalah Pulau Komodo dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Untuk menuju kesana perlu naik pesawat sampai Labuan Bajo, kemudian melanjutkan perjalanan dengan transportasi laut untuk mencapai Pulau Komodo. Biaya yang diperlukan untuk membeli tiket pesawat plus mencharter boat / kapal pinisi menuju Pulau Komodo bisa mencapai 5 juta atau lebih sekali jalan jika start poinnya adalah pulau Sumatera atau pulau Jawa. Nah dipostingan kali ini aku mau share beberapa suka duka naik kapal laut, terutama bagi yang pertama

Pulau Palue dan Gunungapi Rokatenda

Pada bulan Maret 2015 lalu, saya (mau tidak mau, ngeri campur 'exited') berangkat dari desa Aewora kabupaten Ende menuju pulau Palue yang terkenal dengan letusan gunungapi nya yang dasyat di tahun 1928 silam dengan status yang sekarang waspada dan masih aktif.Lebih kurang 2 jam berperahu dari desa Aewora, gunung Rokatenda dengan kawah terbuka menghadap laut terlihat angker. Asap tipis menguar dari gunung itu. Pulau Palue sebenarnya adalah tubuh gunungapi Rokatenda, yang menjulang dari dasar laut Flores dengan ketinggian 3.000 meter dengan 875 meter bila diukur dari permukaan laut. Palue dalam bahasa masyarakat setempat berarti 'mari pulang'.Pulau Palue sendiri secara geografis berada di wilayah kabupaten Ende namun secara history dan administratif masuk ke dalam wilayah pemerintahan kabupaten Sikka. Pulau Palue memiliki luas lebih kurang 39,5 km2 terbagi menjadi 8 desa yaitu; Lidi, Maluriwu, Reruwairere, Kesukoja, Ladolaka, Tuanggeo, Rokirole dan NitungLea. Dengan has

Guru Zaman Now yang Eyecatching

Setiap tanggal 25 November, kita memperingati hari Guru. Sebagai penghargaan pada jasa-jasa yang telah diberikan oleh sang Guru. Sang Pahlawan tanpa tanda jasa, pada, kita semua. Karena Gurulah. Maka, kita sekarang menjadi apa-apa dan siapa-siapa. Tanpa mereka, kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Sebagai individu yang telah menerima begitu besar jasa sang guru. Sebagai upaya kecil untuk membalas jasa guru, maka saya mencoba menulis ini, berdasarkan pada fenomena yang terjadi saat ini. Jadi guru zaman now tentu berbeda dengan zaman baheula. Perbedaan generasi antara guru dan peserta didik adalah kenyataan yang harus disikapi dengan bijak. Rata-rata orang yang sedang menjalani profesi guru saat ini adalah berada pada rentang kelahiran 1981-1994 (Generasi Y), atau bahkan mungkin lebih dahulu dari itu. Sedangkan Usia mereka yang sedang duduk di bangku SD – SMA, yang lahir pada rentang 1995-2010, atau kita kenal dengan Generasi Z. Kids Zaman Now istilah kerennya. Sebuah tulisan