Langsung ke konten utama

mereka bilang hidup itu....


ada yang bilang kehidupan ini kita berperan sebagai peselancar..
dimana realitas dunia jadi lautannya..
laut yang terlalu tenang tidak akan menjadi tempat idaman peselancar..
mereka mencari yang banyak ombak dan bergelombang airnya..
semakin besar ombak, semakin semangat si peselancar..
semakin besar ombak yang ditaklukan, semakin puas hasilnya..

begitu juga hidup kita..
rintangan hanyalah batu pijakan..
setelah kita lewati yang menanti adalah kemenangan,kebanggaan.
jangan takut oleh masalahmu,hadapilah..


ada yang bilang hidup kita bagai kupu-kupu..
binatang bersayap yang indah dan banyak diminati..
siapa sangka pada mulanya hanya seekor ulat yang menjijikan?
ulat mengalami metamorfosis (baca: perubahan) untuk menjadi kupu-kupu.
perubahan yang tidak mudah dilalui si ulat..
tapi hasilnya dia dapat mengepakkan sayapnya dengan bangga..

sama saja dengan kita..
terlalu banyak orang yang stagnan dan tidak mau membuka diri..
terbelenggu dunianya yang dirasa sudah cukup mumpuni..
padahal dengan perubahan niscaya hidup akan lebih baik lagi..

tapi siapa juga yang menduga ada proses keras yang kita harus lewati sendiri..

kala itu ada anak kecil yang melihat kepompong yang sudah cukup dewasa.
mulai terlihat mahkluk didalamnnya ingin merangsek keluar dari kediamannya..
karena ibanya, anak kecil itu membantu si mahkluk kecil keluar dari kepompongnya..
seketika kupu-kupu itu keluar dan... terjatuh..
anak itu terheran-heran melihat hal tersebut..
datanglah si ayah yang jauh lebih bijaksana..
si ayah meenepuk anak itu seraya berkata,"Nak,kadang ada sesuatu yang harus kita biarkan terjadi tanpa perlu kita bantu."
si anak tersadar.. niatnya ingin membantu kupu-kupu tersebut malah membuat si kupu-kupu tidak sempurna..
kupu-kupu akan keluar dengan cara memaksakan sayapnya merentang dari kepompongnya..
proses yang sulit itu tidak pernah dilalui kupu-kupu tadi sehingga ia tidak dapat terbang..

lagi-lagi, hidup kita sama seperti itu..
kita kadang merasa tidak adil dan merasa paling tau..
padahal masalah dan tantangan memang harus kita lalui..
baru kita dapat menjadi mahkluk yang lebih sempurna..

(inspired by Andrie Wongso)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suka Duka Naik Kapal Laut

Pernah merasakan travelling naik kapal? Kapal penumpang yang waktu tempuh perjalanannya lebih dari 12 jam. Hmmm bagi sebagian orang, travelling naik kapal bisa jadi hal yang cukup menantang dikarenakan faktor lamanya perjalanan yang dilalui. Lebih dari itu cukup efektif bagi yang ingin menghemat pengeluaran apalagi bila dibandingkan dengan harga tiket pesawat. Selain itu, beberapa destinasi wisata yang tidak terakomodir melalui pesawat bisa dijangkau dengan kapal. Contoh sederhana adalah Pulau Komodo dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Untuk menuju kesana perlu naik pesawat sampai Labuan Bajo, kemudian melanjutkan perjalanan dengan transportasi laut untuk mencapai Pulau Komodo. Biaya yang diperlukan untuk membeli tiket pesawat plus mencharter boat / kapal pinisi menuju Pulau Komodo bisa mencapai 5 juta atau lebih sekali jalan jika start poinnya adalah pulau Sumatera atau pulau Jawa. Nah dipostingan kali ini aku mau share beberapa suka duka naik kapal laut, terutama bagi yang pertama

Pulau Palue dan Gunungapi Rokatenda

Pada bulan Maret 2015 lalu, saya (mau tidak mau, ngeri campur 'exited') berangkat dari desa Aewora kabupaten Ende menuju pulau Palue yang terkenal dengan letusan gunungapi nya yang dasyat di tahun 1928 silam dengan status yang sekarang waspada dan masih aktif.Lebih kurang 2 jam berperahu dari desa Aewora, gunung Rokatenda dengan kawah terbuka menghadap laut terlihat angker. Asap tipis menguar dari gunung itu. Pulau Palue sebenarnya adalah tubuh gunungapi Rokatenda, yang menjulang dari dasar laut Flores dengan ketinggian 3.000 meter dengan 875 meter bila diukur dari permukaan laut. Palue dalam bahasa masyarakat setempat berarti 'mari pulang'.Pulau Palue sendiri secara geografis berada di wilayah kabupaten Ende namun secara history dan administratif masuk ke dalam wilayah pemerintahan kabupaten Sikka. Pulau Palue memiliki luas lebih kurang 39,5 km2 terbagi menjadi 8 desa yaitu; Lidi, Maluriwu, Reruwairere, Kesukoja, Ladolaka, Tuanggeo, Rokirole dan NitungLea. Dengan has

Guru Zaman Now yang Eyecatching

Setiap tanggal 25 November, kita memperingati hari Guru. Sebagai penghargaan pada jasa-jasa yang telah diberikan oleh sang Guru. Sang Pahlawan tanpa tanda jasa, pada, kita semua. Karena Gurulah. Maka, kita sekarang menjadi apa-apa dan siapa-siapa. Tanpa mereka, kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Sebagai individu yang telah menerima begitu besar jasa sang guru. Sebagai upaya kecil untuk membalas jasa guru, maka saya mencoba menulis ini, berdasarkan pada fenomena yang terjadi saat ini. Jadi guru zaman now tentu berbeda dengan zaman baheula. Perbedaan generasi antara guru dan peserta didik adalah kenyataan yang harus disikapi dengan bijak. Rata-rata orang yang sedang menjalani profesi guru saat ini adalah berada pada rentang kelahiran 1981-1994 (Generasi Y), atau bahkan mungkin lebih dahulu dari itu. Sedangkan Usia mereka yang sedang duduk di bangku SD – SMA, yang lahir pada rentang 1995-2010, atau kita kenal dengan Generasi Z. Kids Zaman Now istilah kerennya. Sebuah tulisan