Langsung ke konten utama

Tentang Hujan


Kalau ingat hujan, saya selalu ingin duduk mendekap lutut dan memandang keindahan dari balik jendela

Kalau ingat hujan, saya selalu ingin membuat satu cangkir susu coklat panas dan menghirupnya bersama hawa sejuk kala hujan membasahi tanah

Kalau ingat hujan, saya selalu ingin berlari keluar dari gua saya dan bermain dengan air yang turun satu demi satu dari langit

Itulah pandangan saya tentang hujan. Dulu buat saya hujan berarti dingin dan basah. Bikin kaca jendela kamar saya berembun, kaki kepleset, baju disemprot sama mobil yang lewat comberan.

Dulu ketika saya begitu egois dan keras kepala (sekarang benernya juga masih), saya pernah mendengar kalau banyak kisah yang terjadi kala hujan tiba. Banyak keindahan hidup dilahirkan kala hujan tiba.

Bagaimana bisa begitu?Saya sendiri juga awalnya tak percaya. Omong kosong ah kalau dengan hujan bisa membuat orang senang. Produksi sebuah program saja bisa berhenti gara-gara hujan dan akhirnya menyebabkan biaya meningkat. Belum lagi peralatan yang rentan rusak jika terkena air. Buat ibu rumah tangga, hujan bisa jadi tambahan beban kerjaan karena pakaian tak kunjung kering. Apalagi kalau sampai banjir besar yang sanggup menewaskan ratusan orang. So apa yang menarik dan indah dari si hujan yang turunnya suka tidak terduga??

Tapi kenyataannya. Hujan memang indah. Ada kerumitan tapi sekaligus juga kesederhanaan. Ada sisi menyusahkan namun memberikan keindahan. Hujan yang menjadi hal yang menyebalkan bagi saya dan orang lain mungkin justru menjadi sesuatu yang penting.Sesuatu yang ditunggu-tunggu buat orang lain. Sesuatu yang berharga. Di belahan bumi lain yang kadang bisa begitu panasnya,hujan memberikan kesejukan, memberikan keindahan dan kehidupan baru bagi tumbuhan dan itu berarti harapan bagi sang empunya tumbuhan.

Itulah kenapa saya jadi jatuh cinta pada hujan. Hujan memberi waktu pada kita untuk berhenti sejenak. Ibarat sedang duduk dan minum teh atau susu coklat panas sambil menghabiskan biskuit setelah mungkin seharian atau berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun menjadi pejuang dalam kehidupan yang nggak mudah ini.

Hujan buat saya adalah tiket untuk beristirahat. Hujan buat saya adalah sebuah pelajaran yang membuka mata kita bahwa ada sesuatu yang begitu spesial dibalik sebuah kerumitan. Hujan buat saya adalah sebuah pertanda bahwa walaupun berusaha sungguh-sungguh tetap bukan kita yang menentukan semuanya.
Hujan berarti sebuah keikhlasan.

Selamat menikmati hujan bersama hangatnya teh manis, pahitnya kopi, manisnya susu, dan gurihnya cemilan...^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suka Duka Naik Kapal Laut

Pernah merasakan travelling naik kapal? Kapal penumpang yang waktu tempuh perjalanannya lebih dari 12 jam. Hmmm bagi sebagian orang, travelling naik kapal bisa jadi hal yang cukup menantang dikarenakan faktor lamanya perjalanan yang dilalui. Lebih dari itu cukup efektif bagi yang ingin menghemat pengeluaran apalagi bila dibandingkan dengan harga tiket pesawat. Selain itu, beberapa destinasi wisata yang tidak terakomodir melalui pesawat bisa dijangkau dengan kapal. Contoh sederhana adalah Pulau Komodo dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Untuk menuju kesana perlu naik pesawat sampai Labuan Bajo, kemudian melanjutkan perjalanan dengan transportasi laut untuk mencapai Pulau Komodo. Biaya yang diperlukan untuk membeli tiket pesawat plus mencharter boat / kapal pinisi menuju Pulau Komodo bisa mencapai 5 juta atau lebih sekali jalan jika start poinnya adalah pulau Sumatera atau pulau Jawa. Nah dipostingan kali ini aku mau share beberapa suka duka naik kapal laut, terutama bagi yang pertama

Pulau Palue dan Gunungapi Rokatenda

Pada bulan Maret 2015 lalu, saya (mau tidak mau, ngeri campur 'exited') berangkat dari desa Aewora kabupaten Ende menuju pulau Palue yang terkenal dengan letusan gunungapi nya yang dasyat di tahun 1928 silam dengan status yang sekarang waspada dan masih aktif.Lebih kurang 2 jam berperahu dari desa Aewora, gunung Rokatenda dengan kawah terbuka menghadap laut terlihat angker. Asap tipis menguar dari gunung itu. Pulau Palue sebenarnya adalah tubuh gunungapi Rokatenda, yang menjulang dari dasar laut Flores dengan ketinggian 3.000 meter dengan 875 meter bila diukur dari permukaan laut. Palue dalam bahasa masyarakat setempat berarti 'mari pulang'.Pulau Palue sendiri secara geografis berada di wilayah kabupaten Ende namun secara history dan administratif masuk ke dalam wilayah pemerintahan kabupaten Sikka. Pulau Palue memiliki luas lebih kurang 39,5 km2 terbagi menjadi 8 desa yaitu; Lidi, Maluriwu, Reruwairere, Kesukoja, Ladolaka, Tuanggeo, Rokirole dan NitungLea. Dengan has

Guru Zaman Now yang Eyecatching

Setiap tanggal 25 November, kita memperingati hari Guru. Sebagai penghargaan pada jasa-jasa yang telah diberikan oleh sang Guru. Sang Pahlawan tanpa tanda jasa, pada, kita semua. Karena Gurulah. Maka, kita sekarang menjadi apa-apa dan siapa-siapa. Tanpa mereka, kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Sebagai individu yang telah menerima begitu besar jasa sang guru. Sebagai upaya kecil untuk membalas jasa guru, maka saya mencoba menulis ini, berdasarkan pada fenomena yang terjadi saat ini. Jadi guru zaman now tentu berbeda dengan zaman baheula. Perbedaan generasi antara guru dan peserta didik adalah kenyataan yang harus disikapi dengan bijak. Rata-rata orang yang sedang menjalani profesi guru saat ini adalah berada pada rentang kelahiran 1981-1994 (Generasi Y), atau bahkan mungkin lebih dahulu dari itu. Sedangkan Usia mereka yang sedang duduk di bangku SD – SMA, yang lahir pada rentang 1995-2010, atau kita kenal dengan Generasi Z. Kids Zaman Now istilah kerennya. Sebuah tulisan